Pesona Danau Toba

Silahkan kunjingi blog ini lagi ya teman.

My Trip My Adventure?

With Mr.Mandrik damanik .

Admin di kampung halaman nih.

Kalau kamu berkunjung ke Sumatera Utara jangan lupa jalan-jalan ke Ledong City.

Senin, 03 Juli 2017

PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH



Pendidikan anak pra sekolah  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dewasa ini, pendidikan pra sekolah baru diperoleh sebagian kecil anak di Indonesia. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang perlu mendapatkan perhatian dimana masih banyak pihak yang belum mengetahui pentingnya pendidikan anak pra sekolah dan usia dini bagi perkembangan kognitif anak.

Tujuan utama dari pendidikan pra sekolah adalah untuk mengembangkan tingkat kecerdasan dan mental baik secara fisik dan rohani, serta membentuk karakter anak agar bisa mengatur perasaan emosi serta punya jiwa sosial yang tinggi. Sehingga ketika mereka masuk pada tingkat pendidikan dasar pertama, anak-anak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih mandiri.

Mendidik anak sejak dini memang memang perlu melibatkan masyarakat umum bukan sekedar menjadi tugas orangtua semata. Karena rentang usia antara nol hingga delapan tahun adalah masa emas dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga mencapai 80%. Pada usia ini anak dengan mudah menyerap berbagai informasi melalui obyek yang dilihat dan diamati.

Namun pada usia ini pula anak belum bisa membedakan mana info yang baik dan yang tidak baik bagi mereka dan yang tidak boleh dilupakan, dari sini sistem pendidikan pra sekolah untuk mendidik anak sejak dini yang diadakan akan punya peran yang penting, sebab pendidikan pra sekolah akan mengajarkan pada anak untuk memilih mana info yang boleh dijadikan contoh dan info yang tidak boleh diserap.
 


Ciri - ciri Anak Prasekolah atau TK

Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:
a)    Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b)    Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c)    Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
a)    Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
b)    Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
c)    Kagumilah apa yang dilakukan anak.
d)    Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Share:

Andragogi dan Pedagogi



Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni ‘Andra’ berarti orang dewasa dan ‘Agogos’ berarti memimpin. Andragogi kemudian dirumuskan sebagai "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Kapp membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan Andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

         Model andragogi menegaskan bahwa lima permasalahan yang harus diperhatikan dan dibahas dalam pembelajaran formal. Yaitu :
1). Dibiarkan siswa mengenal sesuatu kenapa sesuatu itu penting untuk dipelajari,
2). Peragakan pada siswa bagaimana untuk mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi,
3). Hubungakan topik tersebut dengan pengalaman siswa itu sendiri.
4). Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika mereka siap dan termotivasi untuk belajar.
5) Dan sesuatu yang sering, perlu membantu mereka jika ditemui kendala seperti sikap dan kepercayaan tentang pembelajaran.

Perbedaan antara pedagogi dengan andragogi

         Dalam pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa ia yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Guru yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam andragogi, siswa kerap mandiri , siswalah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan bagaimana. Jadi, siswa yang bertanggung jawab atas belajarnya sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan evaluasi, siswa perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi diri (self-assessment).
Kedua, dlihat dari sisi peran pengalaman siswa atau pelajar. Dalam pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi, pelajar mengalami sesuatu secara leluasa. Pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan dirinya akan sesuatu. Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.

Ketiga, dilihat dari sisi orientasi terhadap belajar;
Dalam pedagogi, pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya. Materi belajar telah diurutkan secara sistematis dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar. Sedangkan dalam andragogi sebaliknya. Pelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yang dapat membuat dirinya sendiri puas. Pelajaran harus relevan dengan kebutuhan tugas nyata pemelajar itu sendiri. Mata belajar didasarkan atas situasi pekerjaan atau kebutuhan real pelajar, bukan berdasarkan topik-topik tertentu yang sudah ditentukan.
Keempat, dilihat dari sisi motivasi belajar;
         Dalam pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. Dalam andragogi, motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud dari aktualisasi diri, penghargaan diri. 
Malcon S. Knowles menyajikan secara lebih rinci asumsi dan proses paedagogi untuk dibedakan dengan andragogi, sebagi berikut:






Asumsi Paedagogi
Asumsi Andragogi
            Konsep Diri
Ketergantungan
Peningkatan arah-diri atau kemandirian
         Pengalaman
Beharga kecil
Pelajar merupakan sumber daya yang kaya untuk belajar
         Kesiapan
Tugas perkembangan; tekanan soaial
Tugas perkembangan; peran social
         Perspektif waktu
Aplikasi ditunda
Kecepatan aplikasi
         Orientasi untuk           belajar
Berpusat pada substansi mata pelajaran
Berpusat pada masalah
         Iklim belajar
Berorientasi otoritas, resmi dan kompetitif
Mutualitas/ pemberian pertolongan, rasa hormat, kolaborasi dan informal
         Perencanaan
Oleh guru
Reksa (mutual) diagnosis diri
         Perumusan tujuan
Oleh guru
Reksa negoisasi
         Desain
Logika materi pelajaran, unit konten
Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah
         Kegiatan
Teknik pelayanan
Teknik pengalaman (penyelidikan)
         Evaluasi
Oleh guru
Reksa diagnosis kebutuhan dan reksa program pengukuran

Share:

PSIKOLOGI SEKOLAH DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN



1.    PSIKOLOGI SEKOLAH

Psikologi sekolah adalah cabang psikologi pendidikan yang berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik disekolah dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.  Psikologi sekolah membahas hanya sebagian dari psikologi pendidikan, dimana psikologi sekolah menekankan bagaimana cara anak menerima pelajaran dengan lebih efektif, misalnya menyesuaikan kematangan fisik anak dengan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan anak dalam memperkuat informasi yang diterimanya selama masa sekolah.
 
Hal-hal yang diberikan oleh psikolog sekolah bagi sekolah ialah pengetahuan untuk memanipulasi keadaan baik dalam situasi seburuk apapun bagi kelangsungan pembelajaran di sekolah, juga memberikan ide-ide yang mendukung interaksi yang baik dalam proses belajar di sekolah, dedikasi atau pengabdian psikolog sekolah tidak dianggap terikat seperti guru BK.

Psikolog sekolah berperan dalam proses tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Mereka juga bertugas untuk melaksanakan tes; melakukan berbagai wawancara dengan siswa, orang tua, dan orang-orang lain yang terlibat dalam pendidikan siswa; observasi siswa dikelas, ditempat bermain dan pada berbagai kegiatan sekolah yang lain; dan mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa-siswa. Psikolog sekolah dibutuhkan sebagai pembina atau pelaksana tes untuk mengidentifikasi dan menggolongkan anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus, pemberian laporan tertulis, yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes, dilengkapi dengan dasar pikiran penggolongannya, dan kadang pula disajikan saran-saran umum mengenai pendidikan dan managemen kelas. Psikolog sekolah menerima referal langsung dari guru, orang tua, staf tata usaha, dan lembaga masyarakat dilingkungannya. Psikolog sekolah melaksanakan pengukuran menggunakan baterai-baterai tes lengkap untuk mengungkapkan faktor-faktor kognitif, afektif maupun konatif. Psikolog sekolah juga mengungkapkan informasi pengaruh-pengaruh kehidupan keluarga dan sekolah yang erat kaitannya dengan masalah yang dihadapi anak didik yang ditangani, biasanya dengan rekomendasi yang rinci dan spesifik untuk tindakan-tindakan lanjutan. Seringkali psikolog mengkonsultasikan hasil pengungkapannya dengan guru atau orangtua untuk membuat interpretasi. Dalam keadaan gawat ia juga memberikan konseling untuk membantu orang lain memahami dan menggunakan hasil diagnosa yang dilakukannya. Perhatian psikolog sekolah terhadap amak didik bersifat menyeluruh. Tujuannya adalah membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan mental yang dihadapi anak didik.



2.    PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan memberikan kontribusi penting dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Psikologi pendididkan memberikan bimbingan tentang cara-cara merumuskan tujuan pembelajaran.

Psikolog pendidikan adalah psikolog yang berupaya untuk memahami aspek dasar pembelajaran manusia dan mengembangkan bahan dan strategi untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Psikolog pendidikan biasanya ditempatkan di sekolah-sekolah umum maupun swasta dari berbagai jenjang. Psikolog pendidikan memiliki andil dalam merancang kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Selain itu, psikolog pendidikan berperan untuk senantiasa memonitor perilaku anak didik di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat melalui komunikasi dua arah dengan orang tua anak. Psikolog pendidikan memberikan kontribusi dengan cara membantu pendidik memperhatikan perilaku peserta didik sebelum pembelajaran dimulai. Para pakar psikolog pendididikan menyatakan bahwa pemilihan strategi pembelajaran adalah sama pentingnya dengan unsur-unsur pembelajaran lainnya. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan prosedur membantu peserta didik bergerak dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dalam setiap pembelajaran, sehingga peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Share:

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Kontak

Untuk Info Legkap Kunjungi --> Adi Ignatius Adi Ignatius

Musik relaksasi